Salam Pembuka

Assalamu'alaikum....Ahlan Wa Sahlan Fii Huduurikum...

Selasa, 25 November 2014

Silently..

--Anak muda harus berlatih menghebatkan diri mengatasi masalah, tapi tidak boleh melatih diri terbiasa dengan penderitaan, sampai tidak berniat memperbaiki kehidupan-- Dengan cahaya lampu yang menerangi ruang tengah, dipadukan suasana elegan, sederhana dan nyaman. Meja bundar yang dipenuhi lembaran-lembaran bahagia tersusun rapih disetiap sudutnya. Sembari mendengarkan dengan seksama setiap kata yang keluar dari lisan sang motivator, Mario Teguh. Percikan dan tetesan air mata bahagia menetes dengan perlahan, tidak sadarkan membasahi undangan yang sedang dipandangi Rien. Dia teringat akan masa lalu yang penuh dengan tantangan dan rintangan. Masa dimana dia memperbaiki diri dengan proses menuju kecemelangan. Pergolatan hati, kesetiaan, kepercayaan, pemikiran, pemahaman, semua itu muncul dengan seketika tanpa dia sadari. Perjalanan yang panjang dan menguras potensi diri mejadikan dia mengerti tentang kebenaran dan ketetapan-Nya. Mungkin kalau dia tidak melewati masa itu, tidak sebahagia seperti sekarang ini.
Sebuah kisah belaka di antara tiga sahabat yang solid. Sebut saja Ulfa sahabat kecil yang selalu memberiku motivasi, Ray yang sekarang berstatus calon suamiku, dan aku, Rien. Kami selalu bersama kemanapun kami pergi dan melangkahkan kaki ini. Banyak yang mengatakan bahwa persahabatan kami selalu kuat, kekal dan tangguh walaupun banyak cobaan datang menerpa. Halang rintang silih berganti tetapi kami selalu yakin kepada Yang Maha Kuasa atas segala limpahan-Nya. Bertahun-tahun  menjalani hidup dengan impian belaka. Pada jaman aku kecil, Ray selalu bertingkah berbeda antara aku dan Ulfa, hingga pertemuan yang memisahkan kita dan Raypun masih mengharapkan balasan yang serupa dari sahabatku, Ulfa. Surat yang selalu di kirimkannya teruntuk Ulfa. Tetapi lain di Ray lain di Ulfa, mereka mempunyai perasaan dan tujuan yang berbeda arah. Ulfa tinggal bersamaku, dia selalu memberitahukan pesan email yang diberikan dari Ray kepadaku dan memintanya untuk membalasnya. “Anggap saja aku yang membalasnya dan posisimu menjadi aku,” tutur Ulfa kepadaku. Pertentangan bermunculan, memilih setia kepada sahabat atau dusta yang ku buat. Tetapi, aku ubah posisiku pada saat itu, aku adalah Rien yang menerima amanah dari sahabatku Ulfa. Awal kejujuran yang membuahkan hasil terbaik “tersenyum dalam hatiku”. Bertahun-tahun aku jalani semua rutinitas itu. Dengan tidak disangka aku bertemu dengan Ray di kampus yang sama dan pada saat itu Ray adalah seorang sosok pria yang menjadi dambaan setiap wanita se-kampus. Memang, tidak diragukan lagi dari kesholehannya, alim perangainya dan perilaku yang baik dapat memikat semua wanita yang bertemu dengannya. Ditambah lagi, segudang ilmu yang ada dalam dirinya, gagah, tampan, postur tubuh yang tinggi dan ideal, dan hidungnya yang mancung membuat para wanita jatuh hati di hadapannya. Sungguh beruntung bagi wanita yang dipersuntingnya. Tetapi, aku sebagai sahabat kecilnya tidak menghiraukan hal tersebut. Biarkan mereka berbuat semaunya asalkan tetap pada batas hukum Syara’. Bertemunya antara aku dengan Ray menambah rasa kangen Ray kepada sahabat yang satunya, Ulfa. Tetapi stelah berjalannya waktu, harapan itu tidak sesuai kenyataan yang membuat Ray bahagia. Ulfa tidak seperti yang dia bayangkan dan banggakan, selama ini Ulfa tidak menghiraukannya sama sekali bahkan membalas suratnya pun tidak, hanyaa Rien yang selalu peduli terhadapnya. Terungkaplah kasus bertukar email tiga belas tahun silam.
Rasa itu berbeda setelah Ulfa bertemu dengan Ray. “Ray yang sekarang berbeda dengan Ray kecil, tampan ya..,” ujar Ulfa kepadaku. Aku hanya terdiam tanpa kata. Ketika itu pula aku merasa kalah dan menyerah. “Aku baru menyadari, setelah lama aku berinteraksi lewat email yang dikirimkan Ray, aku merasakan hal yanag berbeda kepadanya dan saat ini sahabatku merasa hal yang sama” ujarku dalam hati.  Karena aku seorang yang pendiam dan suka mengalah, aku tidak menginginkan sakitnya hati seorang sahabat yang diakibatkan oleh diriku sendiri. Ray heran melihat sikap Ulfa yang berbeda kepadanya, menjadi lebih perhatian dan lemah lembut yang tidak sewajarnya. Sikap tersebut tidak hanya dirasakan oleh Ray tetapi seisi rumah termasuk akupun merasakannya. “Ada apa?” pikirku. Sikap asli dan tabiat yang buruk dalam diri seseorang akan muncul dengan sendirinya apabila tidak dibiasakan dan mengubahnya menjadi baik secara ikhlas dari dalam diri masing-masing. Setelah dia menyadari bahwa selama ini yang telah dilakukannya, merupakan hal yang salah. Ulfa akhirnya berubah menjadi benar-benar berubah tanpa ada niatan tertentu selain Allah swt. Keluarga dan sahabatnya pun ikut senang mendengar dan melihat perilakunya sekarang, yang tanpa dibuat-buatnya lagi.
Hari esoknya tiga keluarga Ulfa, Ray dan aku berkumpul di rumahku untuk mengadakan syukuran dan temu kangen diantara tiga keluarga yang telah lama tidak berjumpa. Seperti biasa, setiap sepertiga malam aku terbangun untuk menunaikan kewajibanku sebagai hamba-Nya. Sampai menunaikan shalat subuh aku menghadap kepada-Nya. Rutinitasku yang tidak dapat ditinggalkan, berolahraga di halaman belakang rumah, rumah yang dekat dengan pegunungan menjadikanku setiap pagi dapat melihat sunrise sambil menghirup udara pagi yang menyehatkan. Pagi yang mengejutkan, tiba-tiba aku melihat Ray telah berdiri disana, dimana dekat sebuah pagar bambu yang aku selalu berdiri dan memandang, menunggu matahari terbit. Di saat itu pula dia melihatku, “Manamungkin aku perpura-pura tidak melihatnya dan pergi” dalam hatiku. Tepat saat matahari memunculkan cahayanya dari ufuk timur, saat itu pula hal terindah dan tidak aku sangka mendatangiku. Rey meminangku dan berkata, “Aku telah meminangmu lewat ayahmu, apakah kau menerimanya?." Aku hanya termenung dan diam. Dalam benakku dipenuhi rasa bahagia yang tidak tertahankan, tetapi hati ini masih belum percaya. Ternyata sehari sebelum dia berkumpul di rumahku dia telah menemui ayah secara khusus. Dia meyakinkanku sekali lagi dengan lantunan ayat Al qur’an yang indah dan merdu dari lisannya sebagai bukti keseriusan dan komitmennya. Aku tidak menyangka ternyata selama ini Rey hanya mencintai diriku seorang, yang selalu bercengkrama lewat surat yang tidak berwujud. Hari itu juga aku adalah wanita yang sangat beruntung karena dia telah memilihku untuk menjadi pendamping hidupnya di dunia dan di akhirat. Selama ini aku hanya memendam perasaan dan tidak mengungkapkan kepadanya, hanya Allah yang mengetahuinya. Saat ini aku dapat mengeluarkan kata yang telah lama Ray tunggu dariku, “Na’am yaqoblidzlika, Hafizhanallah, Nas-alullaha asSalamah wal afiah,” dengan senyum bahagia lisanku mengucapkan doa yang menandakan jawaban dari pertanyaan Ray. Ini merupakan ketetapan Allah swt yang mempertemukan kami berdua dengan sedemikian cara dan konsepnya. Bukan lagi impian, tetapi kenyataan yang nyata. Inilah hasil dari keyakinan, ketaatan dan kesabaran yang aku lakukan semampuku.

Beranjak dari kursi dan secepatnya aku memasukan undangan ke dalam box untuk di sebarkan. Allah swt mempunyai banyak cara dalam menghadirkan cinta. Mempertemukan seseorang dengan jodohnya yang kadang unik dan tidak terduga. Jangan khawatir, tulang rusuk tidak akan tertukar. Jodoh itu nasib, kita yang memilih dan mengupayakan, Allah swt yang merestui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar