--Anak muda harus
berlatih menghebatkan diri mengatasi masalah, tapi tidak boleh melatih diri
terbiasa dengan penderitaan, sampai tidak berniat memperbaiki kehidupan-- Dengan
cahaya lampu yang menerangi ruang tengah, dipadukan suasana elegan, sederhana
dan nyaman. Meja bundar yang dipenuhi lembaran-lembaran bahagia tersusun rapih
disetiap sudutnya. Sembari mendengarkan dengan seksama setiap kata yang keluar
dari lisan sang motivator, Mario Teguh. Percikan dan tetesan air mata bahagia
menetes dengan perlahan, tidak sadarkan membasahi undangan yang sedang dipandangi
Rien. Dia teringat akan masa lalu yang penuh dengan tantangan dan rintangan. Masa
dimana dia memperbaiki diri dengan proses menuju kecemelangan. Pergolatan hati,
kesetiaan, kepercayaan, pemikiran, pemahaman, semua itu muncul dengan seketika
tanpa dia sadari. Perjalanan yang panjang dan menguras potensi diri mejadikan
dia mengerti tentang kebenaran dan ketetapan-Nya. Mungkin kalau dia tidak
melewati masa itu, tidak sebahagia seperti sekarang ini.
Rasa itu berbeda setelah Ulfa
bertemu dengan Ray. “Ray yang sekarang berbeda dengan Ray kecil, tampan ya..,”
ujar Ulfa kepadaku. Aku hanya terdiam tanpa kata. Ketika itu pula aku merasa
kalah dan menyerah. “Aku baru menyadari, setelah lama aku berinteraksi lewat
email yang dikirimkan Ray, aku merasakan hal yanag berbeda kepadanya dan saat
ini sahabatku merasa hal yang sama” ujarku dalam hati. Karena aku seorang yang pendiam dan suka
mengalah, aku tidak menginginkan sakitnya hati seorang sahabat yang diakibatkan
oleh diriku sendiri. Ray heran melihat sikap Ulfa yang berbeda kepadanya,
menjadi lebih perhatian dan lemah lembut yang tidak sewajarnya. Sikap tersebut
tidak hanya dirasakan oleh Ray tetapi seisi rumah termasuk akupun merasakannya.
“Ada apa?” pikirku. Sikap asli dan tabiat yang buruk dalam diri seseorang akan
muncul dengan sendirinya apabila tidak dibiasakan dan mengubahnya menjadi baik secara
ikhlas dari dalam diri masing-masing. Setelah dia menyadari bahwa selama ini
yang telah dilakukannya, merupakan hal yang salah. Ulfa akhirnya berubah
menjadi benar-benar berubah tanpa ada niatan tertentu selain Allah swt. Keluarga
dan sahabatnya pun ikut senang mendengar dan melihat perilakunya sekarang, yang
tanpa dibuat-buatnya lagi.
Hari esoknya tiga keluarga Ulfa, Ray
dan aku berkumpul di rumahku untuk mengadakan syukuran dan temu kangen diantara
tiga keluarga yang telah lama tidak berjumpa. Seperti biasa, setiap sepertiga
malam aku terbangun untuk menunaikan kewajibanku sebagai hamba-Nya. Sampai
menunaikan shalat subuh aku menghadap kepada-Nya. Rutinitasku yang tidak dapat
ditinggalkan, berolahraga di halaman belakang rumah, rumah yang dekat dengan
pegunungan menjadikanku setiap pagi dapat melihat sunrise sambil menghirup
udara pagi yang menyehatkan. Pagi yang mengejutkan, tiba-tiba aku melihat Ray
telah berdiri disana, dimana dekat sebuah pagar bambu yang aku selalu berdiri
dan memandang, menunggu matahari terbit. Di saat itu pula dia melihatku, “Manamungkin
aku perpura-pura tidak melihatnya dan pergi” dalam hatiku. Tepat saat matahari
memunculkan cahayanya dari ufuk timur, saat itu pula hal terindah dan tidak aku
sangka mendatangiku. Rey meminangku dan berkata, “Aku telah meminangmu lewat
ayahmu, apakah kau menerimanya?." Aku hanya termenung dan diam. Dalam
benakku dipenuhi rasa bahagia yang tidak tertahankan, tetapi hati ini masih
belum percaya. Ternyata sehari sebelum dia berkumpul di rumahku dia telah
menemui ayah secara khusus. Dia meyakinkanku sekali lagi dengan lantunan ayat Al
qur’an yang indah dan merdu dari lisannya sebagai bukti keseriusan dan komitmennya.
Aku tidak menyangka ternyata selama ini Rey hanya mencintai diriku seorang, yang
selalu bercengkrama lewat surat yang tidak berwujud. Hari itu juga aku adalah
wanita yang sangat beruntung karena dia telah memilihku untuk menjadi
pendamping hidupnya di dunia dan di akhirat. Selama ini aku hanya memendam perasaan
dan tidak mengungkapkan kepadanya, hanya Allah yang mengetahuinya. Saat ini aku
dapat mengeluarkan kata yang telah lama Ray tunggu dariku, “Na’am yaqoblidzlika,
Hafizhanallah, Nas-alullaha asSalamah wal afiah,”
dengan senyum bahagia lisanku mengucapkan doa yang menandakan jawaban dari
pertanyaan Ray. Ini merupakan ketetapan Allah swt yang mempertemukan
kami berdua dengan sedemikian cara dan konsepnya. Bukan lagi impian, tetapi
kenyataan yang nyata. Inilah hasil dari keyakinan, ketaatan dan kesabaran yang
aku lakukan semampuku.
Beranjak dari kursi dan secepatnya
aku memasukan undangan ke dalam box untuk di sebarkan. Allah swt mempunyai banyak cara dalam menghadirkan cinta. Mempertemukan
seseorang dengan jodohnya yang kadang unik dan tidak terduga. Jangan khawatir,
tulang rusuk tidak akan tertukar. Jodoh itu nasib, kita yang memilih dan
mengupayakan, Allah swt yang merestui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar