Salam Pembuka

Assalamu'alaikum....Ahlan Wa Sahlan Fii Huduurikum...

Selasa, 27 November 2012

periode Madinah


DAKWAH DI MADINAH

Ibnu Ishaq berkata, "Ketika orang-orang Madinah itu hendak kembali, Rasulullah Saw. mengutus Mush'ab bin 'Umair menemani mereka. Mush'ab diperintahkan oleh Rasul agar membacakan al-Quran, mengajarkan Islam, dan memberi pemahaman agama kepada mereka. Dari sinilah Mush'ab dinamakan Muqri' Madinah (ulama qari' Madinah). Kedudukannya di atas As'ad bin Zurarah."


Mush'ab mendatangi masyarakat (Madinah) dari rumah ke rumah, mengunjungi kabilah-kabilah mereka, mengajaknya masuk Islam dan membacakan al-Quran kepada mereka. Seorang demi seorang masuk Islam hingga Islam mulai tampak dan menyebar di rumah-rumah orang Anshar, kecuali di pemukiman orang-orang Aus, yaitu Khuthmah, Waail, dan Waaqif.

Mush'ab membacakan al-Quran dan mengajari mereka, lalu dia menulis surat kepada Rasulullah Saw. untuk meminta izin mempersatukan mereka (Khajraj dan Aus). Rasulullah Saw. mengizinkan, dan membalas suratnya: 'Amma ba'du. Perhatikan hari di mana kaum Yahudi membacakan Zaburnya dengan lantang karena datangnya hari Sabtu .... Apabila siang hari telah condong lebih dari separuhnya, maka bertaqarrublah kalian (Mush'ab dan orang-orang Muslim Madinah) kepada Allah dengan (menunaikan shalat Jum'at) duo rakaat dan engkau berkhutbah kepada mereka. " Mush'ab bin `Umair kemudian mengumpulkan mereka di rumah Sa'ad bin Khaitsamah.. yang terdiri dari 12 orang laki-laki. Pada hari itu tidak ada yang disembelih kecuali seekor kambing. Jadi. Mush'ab adalah orang yang pertama kali mengumpulkan kaum Muslimin di hari Jumat. Mush'ab terus berkeliling kota Madinah, mengajak mereka masuk Islam dan mengajarkan Islam pada mereka.

Pada suatu hari As'ad bin Zurarah keluar bersama Mush'ab bin `Umair ke pemukiman Bani Abd al-Asyhal dan pemukiman Bani Zhafar (Sa'ad bin Mu'adz adalah anak bibi As'ad bin Zurarah). Keduanya masuk ke sebuah kebun di antara kebun­kebun Bani Zhafar, dan berada di dekat sumur yang bernama sumur muraq. Keduanya duduk di kebun itu sementara kaum Muslimin datang dan berkumpul dengan mereka. Sa'ad bin Mu'adz dan Usaid bin Hudhair ketika itu menjadi pemuka dari Bani Abd al-Asyhal. Keduanya masih musyrik dan tetap memegang agama kaumnya. Tatkala keduanya mendengarkan ucapan Mush'ab, Sa'ad bin Mu'adz berkata kepada Usaid bin Khudhair, "Soya tidak memperdulikan kamu. Temuilah duo orang itu yang datang ke tempat kita hanya untuk membodohi orang-orang lemah di antara kita! Cegahlah keduanya karena keduanya hendak datang ke tempat kita. Seandainya As'ad bin Zurarah tidak berasal dari golonganku sebagaimana yang telah engkau ketahui, tentu aku sendiri yang akan melakukannya. Dia adalah anak bibiku, dan aku tidak menemukan alasan untuk mencegahnya.

Usaid bin Hudhair mengambil tombak pendeknya, kemudian berangkat menemui keduanya. Ketika dilihatnya oleh As'ad bin Zurarah, dia segera berkata kepada Mush'ab, "Dia adalah pemuka kaumnya, yang datang kepadamu lalu membenarkan Allah. " `Apabila dia bersedia duduk. aku akan berbicara, " kata Mush'ab.

Usaid bin Hudhair akhirnya duduk di depan keduanya dengan wajah cemberut sambil menggerutu, lalu berkata, `Apa yang kalian bawa kepada kami? Kalian hanya akan membodohi orang-orang lemah kami! Menyingkirlah kalian dari kami, jika memang kalian memiliki kepentingan yang berhubungan dengan diri kalian sendiri!"

`Atau sebaiknya engkau duduk dan mendengarkan dulu? Jika menyukai perkara (yang akan saya jelaskan ini), engkau bisa menerimanya. Dan jika engkau membencinya, maka tahanlah apa yang engkau bend, " tawar Mush'ab.

"Itu (tawaran yang) adil. Aku menerimanya, " jawab Usaid.
Tombak pendek di tangannya dia tancapkan di tanah, kemudian duduk menghadap keduanya. Sementara Mush'ab menjelaskan Islam dan membacakan al-Quran kepada Usaid.

"Demi Allah, sungguh kami telah mengetahui Islam ada di wajahnya, sebelum dia berkata dengan riang dan mudah," kata Mush'ab dan As'ad bin Zurarah dalam hati.

Tidak berapa lama Usaid berkata, `Alangkah bogus dan indahnya kalimat ini! Apa yang kalian lakukan ketika memeluk agama ini?"

"Mandi, lalu sucikan dirimu dan pakaianmu, kemudian bacalah syahadat yang haq, setelah itu shalatl dua rakaat, " jelas keduanya kepada Usaid.

Usaid berdiri, lalu mandi dan menyucikan pakaiannya. Dia membaca syahadat, kemudian berdiri menunaikan shalat dua rakaat.

`Bersamaku ada seorang laki-laki. Jika dia mengikuti kalian, maka tidak seorang pun dari kaumnya yang akan menentangnya, " kata Usaid. "Sekarang ini, aku akan mengajaknya menemui kalian. "

Usaid mengambil tombak pendeknya dan beranjak pergi menemui Sa'ad serta kaumnya. Ketika itu mereka sedang duduk­duduk di tempat pertemuan. Begitu melihat Usaid, Sa'ad bin Mu'adz segera berdiri menyambutnya.

`Aku bersumpah atas nama Allah. Sungguh Usaid bin Hudhair telah datang pada kalian bukan dengan wajah seperti ketika dia pergi dari kalian, " kata Sa'ad dengan wajah keheranan.

Ketika Usaid telah duduk di hadapan orang yang menyambutnya itu, Sa'ad bertanya kepadanya, Apa yang telah engkau lakukan?"

`Aku memang telah berbicara pada dua laki-laki yang engkau maksud (Mush'ab dan As'ad)," kata Usaid, "Demi Allah, aku tidak melihat kebusukan di wajah keduanya. Aku telah melarang keduanya, namun keduanya berkata, 'Kami akan melakukan apa yang engkau kehendaki. Aku juga telah menceritakan bahwa bani Haritsah keluar dari perkampungannya menemui As'ad bin Zurarah untuk membunuhnya.' Hal itu karena mereka mengetahui bahwa As' ad adalah putra bibimu. Tujuannya agar mereka bisa melindungimu. "

Sa'ad spontan berdiri penuh amarah. Dia khawatir terhadap apa yang dikabarkan kepadanya tentang Bani Haritsah. Dia mengambil tombak pendek yang berada di tangan Usaid. "Demi Allah, aku melihatmu tidak menjalankan apa-apa!" ucapnya tandas.

Kemudian dia segera keluar menemui Mush'ab dan As'ad. Tatkala Sa'ad melihat keduanya dalam keadaan tenang, dia menyadari bahwa Usaid hanya menginginkan dia mendengar perkataan dua orang yang ada di hadapannya. Dia berdiri tegak menghadap keduanya dengan wajah memendam kemarahan.

"Wahai Abu Umamah!" hardiknya pada As'ad, "seandainya antara aku dan engkau tidak ada hubungan kerabat, tentu tombak ini aku sudah hunjamkan ke dadamu. Engkau datang ke tempat kami dengan membawa apa yang kami benci."
As'ad menoleh kepada Mush'ab seraya berkata, "Wahai Mush'ab, telah datang kepadamu seorang tokoh. Demi Allah, di belakangnya ada kaumnya. Jika dia mengikutimu, maka tidak seorang pun dari mereka yang akan menentangmu. "

`Ataukah tuan berkenan duduk, dan mendengarkan, " ajak Mush'ab pada Sa'ad dengan kata-kata yang halus. `Jika tuan ridha dengan perkara (yang hendak aku paparkan) ini dan tuan menyukainya, maka tuan bisa menerimanya. Namun, jika tuan membencinya, kami akan pergi menyingkir dari tuan yang memang tuan benci. "
"Baiklah, aku menerima. Itu adil," jawab Sa'ad.
Tombak pendek di tangannya ditancapkan di tanah, lalu is duduk. Mush'ab menatapnya sejenak dengan wajah tenang, lalu memaparkan Islam dan membacakan al-Quran kepadanya.

"Demi Allah. kanrl me!ihat Islam di wajahnya sebelum a . mengatakan unnik n ern~arnbut (seruan) dan memudahkannya, batin Mush'ab ban As'ad.

Saab bertanya kepada keduanya. `Apa yang kalian lakukan ketika menerima Islam dan masuk agama ini?"

"Mandi dan sucikan diri dan pakainmu, kemudian bacalah syahadat yang haq. Setelah itu shalat dua rakaat, " kata Mush'ab dan As'ad bin Zurarah dalam hati.

Sa'ad berdiri, lalu mandi dan menyucikan pakaiannya, kemudian membaca syahadat dan shalat dua rakaat. Setelah itu is mengambil tombak pendeknya, dan segera menghampiri kaumnya. Dia berjalan dengan tegap disertai oleh saudara sepupunya, Usaid bin Hudhair. Ketika mereka tiba di tengah­tengah kaumnya, mereka berkata. "Kami bersumpah dengan nama Allah, sungguh Sa'ad telah kembali kepada kalian bukan dengan wajah seperti yang dia bawa waktu pergi dari kalian!"

Sa'ad berdiri menghadap kaumnya. Wajahnya penuh keyakinan, seraya berkata. "Wahai Bani Abd al-Asyhal, apa yang kalian ketahui tentang diriku di tengah-tengah kalian?"

"Engkau adalah pemimpin kami, memiliki kecerdasan yang paling utama di antara kami, dan memiliki pribadi paling baik,"jawab mereka serempak.

"Ketahuilah!" Suara Sa'ad kembali menggema, "Sesungguhnya ucapan kaum laki-laki dan wanita kalian terhadapku adalah haram, hingga kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Selang beberapa waktu. Mush'ab dan As'ad berkata, "Demi Allah, semenjak itu di pemukiman Bani Abd al-Asyhal tidak satupun laki-laki dan wanita yang tinggal kecuali Muslim. "

Mush'ab kembali ke rumah As'ad bin Zurarah dan tinggal bersamanya. Dia tidak pernah berhenti mengajak manusia kepada Islam sehingga tidak satupun rumah kaum Anshar kecuali di dalamnya dihuni laki-laki dan wanita-wanita Muslim. Mush'ab tinggal di kota Madinah selama setahun. Dia hidup di tengah­tengah Bani Aus dan Khajraj. Setiap waktu dia mengajari mereka agama Islam. Menyaksikan berkembangnya penolong-penolong agama Allah, dan kalimat kebenaran yang tumbuh dengan pesat. Hati Mush'ab pun gembira. Dia tidak bosan-bosannya mengetuk pintu-pintu masyarakat sebagai upaya untuk menyambung dan menyampaikan dakwah Allah kepada mereka. Dia mendatangi kebun-kebun.. menemui para petani, dan mengajak mereka masuk Islam. Dia juga menjalin hubungan dengan para pemilik tanah, mengajak mereka kepada agama Allah. Aktivitas yang dilakukannya diarahkan pada aktivitas yang memiliki tujuan/target. Ini tercermin seperti yang dilakukannya bersama Usaid bin Zurarah. Dia dijadikan salah satu wasilah atau perantara oleh Mush'ab agar menghubungkan dirinya dengan penduduk setempat, sehingga mampu membangkitkan pendengaran mereka untuk mendengar suara kebenaran.

Dalam kurun waktu satu tahun, Mush'ab berhasil membalikkan kekufuran di kota Madinah, menjungkirkan berhala yang bodoh dan berbagai perasaan yang keliru menjadi agama tauhid, keimanan, dan perasaan Islam. Keberhasilan itu menjadikan mereka benci dengan kekufuran dan menjauhkan diri dari praktek-praktek curang dalam takaran dan timbangan. Demikianlah aktivitas Mush'ab dan orang-orang yang memeluk Islam bersamanya. Dalam satu tahun kota Madinah berhasil diubah dari kondisi penuh kemusyrikan menuju atmosfer Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar