Salam Pembuka

Assalamu'alaikum....Ahlan Wa Sahlan Fii Huduurikum...

Selasa, 27 November 2012

perang badar



PERANG BADAR

Pada bulan Ramadhan tahun kedua Hijriah, Nabi Saw. bersama para sahabatnya keluar dari Madinah. Amru bin Ummi Maktum ditugasi menjadi imam shalat dan Abu Lubabah bertugas mengurus penduduk Madinah. Rombongan yang keluar bersama Nabi Saw. berjumlah 305 orang, 70 orang berkendaraan unta yang ditunggangi secara bergiliran. Seekor unta kadang digilir dua. tiga atau empar orang, dan sisanya berjalan kaki.
Mereka berangkat dengan target operasi kafilah dagang Abu Sufyan. Mereka terus berjalan sambil menyelidiki berbagai berita tentang kafilah tersebut, hingga tiba di suatu lembah yang dinamakan Dzafiran. Mereka kemudian turun. Di tempat ini diperoleh kabar bahwa kafir Quraisy telah berangkat keluar dari kota Makkah untuk mempertahankan unta-unta (perniagaan) mereka. Saat itu persoalannya menjadi berubah. Apakah terus menghadapi (pasukan) kafir Quraisy. atau tidak? Sasarannya tidak lagi kafilah dagang Abu Sufyan. Rasulullah Saw. kemudian mengajak kaum Muslimin bermusyawarah. dan menyampaikan kepada mereka informasi yang sampai kepada beliau. Abu Bakar dan Umar mengajukan pendapatnya. Kemudian Miqdad bin 'Amru berkata. "Yo Rasulullah, berjalanlah untuk suatu (tujuan) yang diperlihatkan Allah kepadamu. Kami bersamamu. Demi Allah, kami tidak akan mengatakan kepadamu seperti yang pernah dikatakan oleh Boni Israil kepada Musa: 'Berangkatlah kamu dengan Tuhanmu (haiMusa), kalian berdua berperanglah sendiri. Sementara kami di sini duduk-duduk (menantim u). 'Akan tetapi, kami akan (mengatakan kepadamu), 'Berangkatlah kamu bersama Tuhanmu (hai Muhammad). Sesungguhnya kami bersamamu berdua untuk berperang.' Demi Dzat Yang mengutusmu dengan benar, seandainya engkau mengajak kami berjalan rnelintasi lembah-lembah berair, pasti kami menyertaimu hingga engkau sampai di tujuan.

Kaum Muslimin pun terdiam. Tidak berapa lama Rasulullah Saw. melangkah maju dan bersabda.. "Wahai manusia, marilah soma-soma membantuku!" Kalimat ini sebenarnya ditujukan kepada kaum Anshar, yang telah memberikan bai'at kepada beliau pada bai'at aqabah. Mereka telah berjanji akan melindungi Rasulullah Saw. dari segala hal (yang membahayakannya), sebagaimana mereka melindungi anak-anak dan istri-istri mereka. Beliau khawatir kaum Anshar tdak memandang perlu untuk menolong Rasulullah Saw. Ketika kaum Anshar merasa bahwa yang dimaksud Nabi adalah diri mereka. Sa'ad bin Mu'adz, pemegang bendera Anshar, menoleh kepada Rasulullah dan berkata lantang, "Demi Allah, seakan-akan engkau menghendaki kami, wahai Rasulullah!"
"Tentu," jawab Rasul singkat.

Sa'ad pun menjawab. "Kami sungguh-sungguh mengimanimu dan membenarkanmu. Kami bersaksi bahwa apa yang engkau datangkan adalah benar. Atas dasar itu, kami memberimu janji dan kebulatan tekad untuk selalu mendengar dan tact kepadamu. Karena itu, berangkatlah, wahai Rasulullah, untuk suatu (tujuan) yang engkau kehendaki. Kami bersamamu. Demi Dzat Yang mengutusmu. seandainya engkau mengajak kami menyeberangi lautan lalu engkau terjun ke dalamnya, pasti kami turut terjun bersamamu. Tidak satupun laki-laki dari kami yang akan berbalik. Kami tdak benci jika besok engkau mempertemukan kami kepada musuh. Sesungguhnya kami pasti sabar dalam peperangan. Benar dalam pertemuan. Semoga Allah memperlihatkan kepadamu sesuatu dari kami yang dapat menenangkan matamu. Berjalanlah bersama kami di atas unto yang diberkati Allah. " Belum lagi selesai lidah Sa'ad mengeluarkan tekadnya, wajah Rasulullah Saw. yang mulia memancarkan cahaya kebahagiaan.

"Lanjutkan perjalanan dan bergembiralah!" kata beliau memberi komando, "Sesungguhnya Allah menjanjikan aku satu di antara dua kelompok. Demi Allah, sekarang seakan-akan aku melihat para kesatria.

Pasukan pun berangkat. Mereka menghela kuda-kuda mereka hingga tatkala tiba di dekat lembah Badar, mereka mengetahui bahwa pasukan kafir Quraisy telah dekat dengan mereka. Rasulullah Saw. mengutus Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, dan Sa'ad bin Abi Waqash dalam satu rombongan kecil. Kesatuan kecil ini ditugasi untuk mencapai mata air Badar guna mencari informasi tentang pasukan musuh. Mereka kembali bersama dua orang pemuda. Dari informasi keduanya diketahui bahwa jumlah pasukan kafir Quraisy antara 700 hingga 1.000 orang. Semua pembesar Quraisy keluar untuk memerangi Muhammad. Rasulullah Saw. menyadari bahwa di depannya ada sekelompok pasukan yang berjumlah tiga kali lipat dari pasukannya. Rasulullah Saw. menunggu peperangan yang dahsyat di tempat yang akan menjadi medan pertumpahan darah. Beliau memberitahukan bahwa kota Makkah telah melemparkan sepotong hatinya kepada kum Muslimin. Mereka harus membulatkan tekad untuk menghadapi keadaan yang gawat. Kaum Muslimin pun berkumpul dalam keadaan siaga menghadapi musuh. Mereka berhasil menguasai mata air di lembah Badar. dan membangun tempat penampungan air serta mengisinya hingga penuh. Sementara sumur-sumur di belakangnya dibiarkan tidak terpakai agar mereka memperoleh minum, sementara musuh akan kesulitan air. Kaum Muslimin membangun pos komando untuk Rasulullah Saw.. agar beliau bisa tinggal di dalamnya untuk memberi komando kepada pasukan. Adapun kaum Quraisy menduduki beberapa medan pertempuran, dan slap menghadapi kaum Muslimin.

Sebelum perang terbuka digelar, kedua belah pihak mengawalinya dengan menurunkan para kesatrianya untuk perang tanding. Masing-masing kesatria yang turun ke gelanggang saling bergulat dan menusuk. Aswad bin Abd al-Asad al-Makhzumiy maju ke depan dari barisan kafir Quraisy. Dengan sombong, dia membusungkan dadanya di hadapan barisan kaum Muslimin. Sikapnya amat menantang dan mengundang kemarahan singa Rasulullah (yaitu Hamzah). Dia bermaksud menghancurkan tempat penampungan air yang dibangun kaum Muslimin. Namun, sebelum tujuannya berhasil, Hamzah bin Abd al-Muththalib sudah menghadangnya dengan pukulan yang keras. Pedangnya berhasil menyambar betisnya. Aswad jatuh dengan punggung tertindih. Kakinya patah dan mengeluarkan darah. Kemudian Hamzah memburunya dan memberinya pukulan yang mematikan Aswad. Prajurit kafir Quraisy ini akhirnya tewas di dekat tempat penampungan air. Kemudian 'Uthbah bin Rabi'ah keluar diapit oleh saudaranya. Syaibah. dan anaknya. al-Walid. Hamzah, Ali bin Abi Thalib, dan 'Ubaidah bin Harits keluar menyongsong mereka. Hamzah tidak membiarkan Syaibah lolos dan 'Ali mendapat giliran menghadapi Walid. Tidak berapa lama, kedua orang sahabat ini berhasil membunuh kedua musuhnya. Lalu keduanya segera menghampiri dan membantu Ubaidah yang nyaris terbunuh di tangan 'Uthbah.

Untuk beberapa waktu kedua belah pihak diam, sambil menahan nafas di tempatnya masing-masing. Darah kafir Quraisy sudah membasahi bumi Badar. Mereka menyaksikan satu per satu para kesatria mereka dipukul habis singa-singa Islam. Pada akhirnya kedua pasukan pun tidak bisa ditahan. Keduanya bergerak maju dan bertemu di medan laga pada Jumat pagi, tanggal 17 Ramadhan tahun ke-2 Hijriyah. Di tengah berkecamuknya perang. Rasulullah berdiri di depan barisan pasukannya untuk mengendalikan kesatuannya. dan mendorong mereka berperang dengan penuh semangat. Kekuatan kaum Muslimin semakin bertambah dengan seruan-seruan jihad Rasul. apalagi beliau berada di tengah-tengah mereka. Kaum Muslimin semakin mengganas dan mengobarkan perang dengan gemuruh.

Udara memanas dan peperangan menjadi lebih dahsyat. Kafir Quraisy terus terdesak mundur sehingga semangat mereka kendor. Tubuh-tubuh mereka yang kehilangan semangat seolah-olah mayat yang bergerak mencari lubang kubur. Sementara kaum Muslimin dengan kekuatan iman. posisi mereka semakin kokoh dan bersemangat. Mereka meneriakkan kata-kata ahad ... ahad. Rasul selalu berada di tengah-tengah mereka. dan sesekali mengambil segenggam pasir lalu melemparkannya ke arah kafir Quraisy seraya mengucapkan. "Syaahati al-wujuuh (terhinalah wajah-wajah mereka!) " Sementara kepada para sahabatnya beliau mengucapkan, "Syadduu (kalian perkuatlah!)" Semangat kaum Muslimin makin berkobar. Mereka terus bergerak ke tengah pertempuran untuk membantu kawan-kawan mereka yang sudah mulai mendesak musuh. Akhirnya kafir Quraisy lari meninggalkan banyak korban dan harta bawaan mereka. Di antara mereka banyak yang terbunuh dan tertawan. Kemenangan kaum Muslimin ini semakin memperkokoh kedudukan mereka. Pasukan Rasul kembali ke kota Madinah dan kekuatan mereka bertambah besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar